Showing posts with label Sejarah Maskot Kal-Bar. Show all posts
Showing posts with label Sejarah Maskot Kal-Bar. Show all posts
Perancang Maskot Kal-Bar

Perancang Maskot Kal-Bar

Siapa perancang Maskot Kalimantan Barat?
Kali ini saya akan mencoba membahas sosok yang telah membuat masyarakat yang ada di Kalimantan Barat bangga, walaupun dia tidak terkenal tetapi karyanya sungguh sangat luar biasa. Inilah Si perancang Maskot Kal-Bar yang dengan tidak sengaja telah kita lupakan.
Kenapa dilupakan? karena kita masa bodoh, masa bodoh terhadap apa yang menjadi lambang daerah kita sendiri. Seolah-olah logo hasil karya Halim tersebut memang sudah ada sebelum Halim terlahir.
Halim mengaku telah lama menunggu, berharap ada orang yang memasyarakatkan wujud Enggang Gading, namun tak ada seorangpun yang melakukannya. Ia pun berinisiatif untuk melakukannya sendiri, walaupun dengan sedikit kenaifan dan kekurangannya. Salah satunya adalah ia sendiri tidak pernah melihat wujud Enggang Gading secara langsung. Untuk itu, ia pun mencari referensi mengenai enggang gading, dan menemukannya dalam buku "Mengenali Binatang-Binatang Kita" yang diterbitkan Jabatan Kehutanan Sarawak tahun 1985.
Dengan perjuangan yang panjang demi menciptakan sebuah karya yang menjadi ciri dari Kal-Bar, berupa burung enggang gading yang mencapit bunga tengkawang tungkul, yang dipadu dengan motif dayak pada bulunya akhirnya jadilah sebuah logo tersebut yang sudah menjadi Maskot Kal-Bar sampai saat ini. Logo ini dipamerkan pertama kali di Pameran Seni Rupa di Taman Budaya Pontianak pada Februari 1993. Logo ini pun menarik minat Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Aspar Aswin yang kemudian meresmikannya sebagai logo maskot Kalbar.
Satu-satunya kekurangan dari karyanya, menurut Halim, adalah hingga umurnya kini yang sudah 64 tahun, ia tak pernah sekalipun melihat enggang gading secara langsung di alam liar. Ia telah berkeliling ke berbagai hutan dan daerah di Kalbar, namun yang pernah ia temukan hanyalah enggang badak, bukan enggang gading.
Halim "Enggang Gading ditetapkan sebagai maskot Kal-bar setelah melalui perdebatan panjang di DPRD Kalbar pada tahun 1988, Enggang gading kala itu harus bersaing ketat dengan ikan arwana merah dan burung ruai, Namun dengan pembelaan yang kuat, bahwa yang harus menjadi maskot Kal-Bar, sehingga Enggang gading dan tengkawang tungkulpun akhirnya ditetapkan dan disahkan dengan SK Mendagri No. 4 Tahun 1989".
Namun, yang lebih mengejutkan tahun 1992, tidak banyak yang mengenal bagaimana rupa dan wujud burung enggang gading tsb, bahkan petinggi-petinggi Kalbar sendiri pun banyak yang tak tahu wujudnya. Melihat kenyataan itu, Halim selaku seniman pada saat itu tidak ingin masyarakat hanya tahu namanya, namun tak tahu wujudnya. Inilah yang memotivasinya untuk memvisualisasikan maskot Kalbar.
Motivasi ini diperkuat setelah pada Pawai Pembangunan Daerah di Pontianak pada tahun 1991, Dimana Dinas Kehutanan melakukan konvoi menggunakan burung enggang badak sebagai hiasannya, semula dikira sebagai Enggang Gading. Halim menuturkan "jikalau orang Dinas Kehutanan saja tidak tahu, apalagi masyarakat awam". Dan jejadian ini sempat dikritik oleh mahasiswa Universitan Tanjungpura Pontianak dan dimuat di koran Akcaya.
Perancang Maskot Kal-Bar

Perancang Maskot Kal-Bar

Siapa perancang Maskot Kalimantan Barat?
Kali ini saya akan mencoba membahas sosok yang telah membuat masyarakat yang ada di Kalimantan Barat bangga, walaupun dia tidak terkenal tetapi karyanya sungguh sangat luar biasa. Inilah Si perancang Maskot Kal-Bar yang dengan tidak sengaja telah kita lupakan.
Kenapa dilupakan? karena kita masa bodoh, masa bodoh terhadap apa yang menjadi lambang daerah kita sendiri. Seolah-olah logo hasil karya Halim tersebut memang sudah ada sebelum Halim terlahir.
Halim mengaku telah lama menunggu, berharap ada orang yang memasyarakatkan wujud Enggang Gading, namun tak ada seorangpun yang melakukannya. Ia pun berinisiatif untuk melakukannya sendiri, walaupun dengan sedikit kenaifan dan kekurangannya. Salah satunya adalah ia sendiri tidak pernah melihat wujud Enggang Gading secara langsung. Untuk itu, ia pun mencari referensi mengenai enggang gading, dan menemukannya dalam buku "Mengenali Binatang-Binatang Kita" yang diterbitkan Jabatan Kehutanan Sarawak tahun 1985.
Dengan perjuangan yang panjang demi menciptakan sebuah karya yang menjadi ciri dari Kal-Bar, berupa burung enggang gading yang mencapit bunga tengkawang tungkul, yang dipadu dengan motif dayak pada bulunya akhirnya jadilah sebuah logo tersebut yang sudah menjadi Maskot Kal-Bar sampai saat ini. Logo ini dipamerkan pertama kali di Pameran Seni Rupa di Taman Budaya Pontianak pada Februari 1993. Logo ini pun menarik minat Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Aspar Aswin yang kemudian meresmikannya sebagai logo maskot Kalbar.
Satu-satunya kekurangan dari karyanya, menurut Halim, adalah hingga umurnya kini yang sudah 64 tahun, ia tak pernah sekalipun melihat enggang gading secara langsung di alam liar. Ia telah berkeliling ke berbagai hutan dan daerah di Kalbar, namun yang pernah ia temukan hanyalah enggang badak, bukan enggang gading.
Halim "Enggang Gading ditetapkan sebagai maskot Kal-bar setelah melalui perdebatan panjang di DPRD Kalbar pada tahun 1988, Enggang gading kala itu harus bersaing ketat dengan ikan arwana merah dan burung ruai, Namun dengan pembelaan yang kuat, bahwa yang harus menjadi maskot Kal-Bar, sehingga Enggang gading dan tengkawang tungkulpun akhirnya ditetapkan dan disahkan dengan SK Mendagri No. 4 Tahun 1989".
Namun, yang lebih mengejutkan tahun 1992, tidak banyak yang mengenal bagaimana rupa dan wujud burung enggang gading tsb, bahkan petinggi-petinggi Kalbar sendiri pun banyak yang tak tahu wujudnya. Melihat kenyataan itu, Halim selaku seniman pada saat itu tidak ingin masyarakat hanya tahu namanya, namun tak tahu wujudnya. Inilah yang memotivasinya untuk memvisualisasikan maskot Kalbar.
Motivasi ini diperkuat setelah pada Pawai Pembangunan Daerah di Pontianak pada tahun 1991, Dimana Dinas Kehutanan melakukan konvoi menggunakan burung enggang badak sebagai hiasannya, semula dikira sebagai Enggang Gading. Halim menuturkan "jikalau orang Dinas Kehutanan saja tidak tahu, apalagi masyarakat awam". Dan jejadian ini sempat dikritik oleh mahasiswa Universitan Tanjungpura Pontianak dan dimuat di koran Akcaya.