Showing posts with label Kesenian Suku Dayak Kalimantan. Show all posts
Showing posts with label Kesenian Suku Dayak Kalimantan. Show all posts
Download MP3 Dayak Kanayatn

Download MP3 Dayak Kanayatn


Free downoad MP3 Dayak Kanayatn: Kali ini saya ingin berbagi hiburan berupa mp3 dayak kanayatn, daftar mp3 dayak kanyatn ini, ada beberapa lagu baru dayak kanayatn dan ada beberapa lagu juga yang sudah lama kita dengar. Nah, berikut adalah lagu-lagu bahasa dayak kanayatn yang sudah saya sajika untuk teman-teman semua, silahkan didownload.
Semoga lagu-lagu dayak yang sudah saya sajikan ini dapat menghibur saudara semua.

Download Adi'a - Om Jhon 
Download Alo Balor - Om Jhon 
Download Jantek Siku Tulakng Takar - Om Jhon 
Download Buke Jodoh - Diana Mardova 
Download Kao Ningalatn Aku - Diana Mardova 
Download Nya Ningalatn - Diana Mardova 
Download Pangurat - Diana Mardova 
Download Tanah Parene'an - Nella 
Download Injeh Ka' Landak - Syentia & A'an 
Download Patamuan Dara Basule - Sari 
Download Binua Garantukng - LSBG 
Download Pantun Binua Landak - IPBDBL 
Download Tanah Binua Garantukng - LSBG 
Download We Onong 
Download Pokoknya Nyocok 
Download Pak Nenggon 
Download Dayak Male'en Versi pertama menggunakan alat musik modern 
Download Cega Ka' Kota 
Download Ame Rere'


Silahkan kritik dan sarannya di kolom komentar, atau jika sedang mencari lagu-lagu lain silahkan sebutkan judul dan penyanyinya dikolom komentar. 


"Adil Ka' Talino. Bacuramin Ka' Saruga. Basengat Ka'Jubata"









Mengupas sejarah Naik Dango

Mengupas sejarah Naik Dango

Sebelumnya saya sudah membuat artikel yang berjudul "Mengupas sejarah Mandau", dan untuk kali ini saya ingin membahas sejarah naik dango.
Untuk mengetahui sejarah atau awal mula naik dango ini tidak lepas dari mitos yang diwariskan secara turun menurun kepada generasi muda suku dayak, khususnya suku dayak yang ada di pulau Kalimantan. Karena segala sesuatu yang sudah menjadi budaya dari setiap suku pasti memiliki cerita yang menjadi kepercayaan suatu suku, sehingga bisa diadakan setiap tahun.
Untuk itu, sebelum lebih lanjut, saya sebagai admin dari blog ini ingin berbagi cerita mengenai asal usul naik dango tersebut melalui sebuah cerita atau sebuah mitos.
Cerita “Ne’ Baruakng Kulup” atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia Ne’ Baruakng Kulup adalah “kakek Beruang yang belum disunat“ hehe

Cerita ini dimulai dari cerita sejarah atau asal mula padi, berasal dari setangkai padi milik Jubata di Gunung Bawang yang dicuri seekor burung pipit dan padi itu jatuh ke tangan Ne Jaek yang sedang mengayau (ngayo). Karena Ne Jaek ini tadi tidak mendapatkan buruan (ngayo), dia pun memilih untuk pulang hanya dengan membawa setangkai padi, sesampainya dirumah, karena hanya membawa setangkai padi (pada saat itu padi hanya dianggap sebagai rumput biasa), Ne’ Jaek di olok atau di ejek oleh masyarakat setempat.
Tujuan Ne’ Jaek membawa padi tersebut ke rumahnya adalah, dia ingin membudidayakan setangkai padi tersebut, namun usaha Ne’ Jaek mengusik warga. Beberapa warga yang tidak terima dengan usaha Ne Jaek, sehingga menyebabkan Ne Jaek diusir dari kampung tersebut.
Selang beberapa lama setelah diusir, ditengah perjalanannya ia bertemu dengan Jubata, berkenalan sampai menikah dengan Jubata.
Dari hasil perkawinannya dengan Jubata, lahirlah seorang anak yang bernama Ne Baruakng Kulup. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun berganti tahun, akhirnya Ne Barukng kulup ini menjadi seorang pemuda yang dewasa. Seiring dengan pertumbuhannya Ne Barukng Kulup ini sering turun ke bumi untuk bermain gasikng / gasing. Karena kebiasaannya ini, akhirnya Ne Barukng Kulup di usir dari gunung bawakng.
Akhirnya dia kawin dengan manusia, Nah.. Ne’ Baruakng Kulup inilah yang akhirnya membawa padi kepada Talino (dalam bahasa Indonesia talino adalah manusia) dan Ne’ Baruakng Kulup ini juga yang telah memperkenalkan beras dan nasi kepada manusia. Sebelum manusia mengenal padi atau beras, yang menjadi makanan pokok manusia di jaman itu ada kulat (jamur).

Nah… itu tadi adalah sebuah cerita singkat manusia mengenal padi dan menjadikannya sebagai makanan pokok pengganti kulat atau jamur (yang sebelumnya jamur inilah yang menjadi makanan pokok manusia).
Sekarang kita lanjut ke topic utama, yaitu sejarah Naik Dango suku dayak.

Makna Upacara Adat Naik Dango bagi masyarakat Suku Dayak yaitu: 
  • Sebagai rasa ungkapan syukur atas karunia Jubata kepada manusia karena telah memberikan padi sebagai makanan manusia.
  • Sebagai permohonan doa restu kepada Jubata untuk menggunakan padi yang telah disimpan di dango padi, agar padi yang digunakan benar-benar menjadi berkat bagi manusia dan tidak cepat habis.
  • Sebagai upacara penutupan tahun berladang
  • Sebagai sarana untuk bersilahturahmi atau untuk mempererat hubungan persaudaraan.
Selesai juga... Baru saja kita telah membaca artikel yang berjudul "Mengupas sejarah Naik Dango" semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua. Terima Kasih


Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran. Kritik dan Saran dari teman-teman adalah sebuah dukungan untuk admin

Instrumen Dayak Borneo

Video yang ingin saya bagikan kali ini adalah sebuah video yang bernuansa dengan kesenian musik dayak. Jujur saja sebanarnya saya juga belum bisa memainkan alat musik ini Hehe. Menurut saya cara memainkan alat musik ini lumayan sulit, entah dari mana sulitnya, mungkin karena belum pernah mencoba atau tidak ada yang menjadi guru untuk belajar atau mungkin juga karena tidak ingin belajar hehe.
Sekilas tentang instrumen sape', Instrumen sape adalah sebuah musik yang bercerita tentang kedekatan suku yang ada di Kalimantan khususnya dayak dengan alam, khususnya dengan alam yang ada di pulau kalimantan / Borneo.
Mungkin sebagian dari kalian yang membaca artikel ini penasaran seperti apa sape tersebut dan bagaimana irama musiknya :) .
Untuk itu saya sengaja  menyiapkan video ini agar kalian tidak penasaram. Dalam video kali ini tampak seorang laki-laki sedang memegang alat musik sape. Laki-laki tersebut adalah salah satu dari sedikit Putra borneo yang bisa memainkan alat musik sape dengan indah.
Video ini berjudul "Sape' Intrumen Dayak Borneo" yang dimainkan oleh: Thambunesia
Selamat menyaksikan
Terima kasih telah menyaksikan. Komentar dan sarannya silahkan titipkan di kotak komentar :)

Seni rupa Dayak Kanayatn

Seni rupa Dayak Kanayatn

Mari mencari tahu apa saja Seni rupa Dayak kanayatn. Kali ini saya akan mencoba membahas kesenian dalam bentuk seni rupa. Dalam artikel seni pertunjukan dayak kanayatn ini, terdapat beberapa kesenian yang menjadi ciri khas budaya dayak kanayatn. Salah satu contoh seni pertunjukan dayak kanayatn adalah seni rupa. Menurut saya, seni rupa adalah sebuah kerajinan tangan. Benar gak bro?? (#mikir hehe)
Nah... Adapun kesenian yang meliputi seni rupa dayak kanayatn adalah sebagai berikut:

Seni Pahat dan Seni Ukir
Seni patung dalam masyarakat Dayak Kanayatn biasa disebut pantak. Pantak merupakan simbol penting dalam pemujaan sebagai penggambaran arwah nenek moyang yang telah meninggal. Pantak dibuat untuk menangkal roh jahat yang mengancam warga (malapetaka). Biasanya dipasang di jalan masuk kampung maupun panyugu.
Seni topeng dan seni patung saat ini sukar sekali ditemukan, terutama ketika agama Kristen dan Islam mulai masuk dalam kehidupan orang Dayak.
Bentuk kesenian ini dilarang karena dianggap menyembah berhala atau bertentangan dengan konsep keimanan yang berlaku dalam agama tersebut.
Seni ukir merupakan salah satu bentuk penyimbolan yang paling menonjol dalam kebudayaan Dayak. Karakter kehidupan dan budaya masyarakatnya tergambar dalam kesenian tersebut, sehingga dengan melihat kesenian itu dapat diketahui kebudayaan suku yang bersangkutan.
Hal ini karena kesenian tradisional tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat diwilayahnya, dengan demikian ia mengandung sifat-sifat atau ciri-ciri yang khas dari masyarakatnya pula.
Seni ukir biasanya terdapat pada ornamen tiang utama rumah panjang atau tiang teras. Selain itu juga ada tiang sandung (tempat menyimpan tulang orang mati) yang didirikan di depan rumah penduduk sebagai lambang keperkasaan sesorang. Di bagian atap tiang sandung dihiasi ukiran burung enggang yang melambangkan keagungan dan kewibawaaan tuan rumah.
Ketika arus modernisasi masuk dalam kehidupan orang Dayak, seni ukir ini hampir tidak ditemukan lagi, seiring musnahnya rumah panjang dan pengaruh agama baru.
Seni ukir telah tergantikan dengan pekerjaan lain untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, sehingga segala macam kesenian yang tidak dapat bertahan telah terpinggirkan atau digantikan dengan pekerjaan lain yang lebih menguntungkan dan dianggap dapat mengatasi masalah perekonomian hidup masyarakat Dayak Kanayatn secara umum.
Hal ini berkaitan dengan istilah “negara yang sedang berkembang”, dimana pengertian proses pengintegrasian unsur-unsur tradisional untuk suatu solidaritas nasional, mencakup juga pengembangan hasil integrasi unsur-unsur tadi untuk peningkatan kesejahteraan kehidupan bangsa yang menjunjung unsur-unsur kebudayaan itu.
Warisan lama yang berbentuk pengaturan kehidupan material yang dianggap tidak mungkin bisa mengatasi tuntutan persoalan mereka yang baru akan ditinjau kembali dan diusahakan pembaharuan”.
Oleh karena itu seni ukir yang dianggap tidak dapat mengatasi permasalahan ekonomi ditinggalkan dan diganti dengan pekerjaan lain yang dianggap mampu mengatasi masalah mereka. Selain itu tidak ada pengenalan dan pembelajaran kepada generasi berikutnya mengenai kesenian tersebut, sehingga kaum muda Dayak Kanayatn tidak banyak mengetahui tentang seni ukir yang pernah ada dalam kebudayaan mereka.
    Seni Anyam
    Kegiatan kreatif bagi masyarakat Dayak Kanayatn adalah seni anyam. Seni semacam ini sudah lama diwariskan secara turun-temurun. Bahannya kebanyakan dari rotan, sedangkan hasilnya berupa bakul-bakul kecil dan besar, keranjang, topi besar atau caping yang motifnya beragam.
    Disamping itu ada pula seni menganyam mute warna-warni yang dijadikan baju, ikat kepala, sampai kepada gantungan kunci dan tempat pena sebagai souvenir.

    Seni Menempa Besi

    Masyarakat Kanayatn banyak yang pandai menempa besi yang biasa disebut pantanatn.
    Beragam bentuk benda atau alat dari hasil pekerjaan menempa besi memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk melambangkan keterikatan mereka dengan adat dan tradisi. Hasilnya berupa parang, seraut, beliung (sejenis kampak) dan lain sebagainya.


    Seni Tenun 
    Menenun dikerjakan sebagai pekerjaan sambilan kaum wanita Dayak Kanayatn.
    Pekerjaan ini menggunakan alat sederhana dan tradisional. Barang yang menghasilkan terbilang indah dan unik, seperti baju adat yang dihiasi oleh motif-motif tradisional Dayak Kanayatn.
    Masuknya modernisasi menyebabkan perkerjaan tenun telah ditinggalkan masyarakat.
    Hal ini karena perkembangan zaman menuntut masyarakat untuk bersaing disegala bidang kehidupan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi. Mereka menganggap bahwa pekerjaan menenun banyak memboroskan waktu dan hasilnya tidak dapat dijadikan penunjang perekonomian, sehingga pekerjaan ini ditinggalkan dan tidak dikerjakan lagi.
    Akhirnya kesenian yang sebenarnya berpotensi besar bagi penunjang kehidupan ekonomi dan budaya telah tenggelam ditinggalkan pemiliknya sendiri.

    Seni tari dan seni musik Dayak Kanayatn

    Dari berbagai macam adat dan kesenian budaya yang ada di Indonesia ini, Pada artikel kali ini saya ingin membahas tentang "Seni pertunjukan Dayak Kanayatn".
    sebelumnya, saya telah membahas "seni rupa dayak kanayatn" Dan pada artikel kali ini, saya sudah menyiapkan atau menyajikan beberapa seni pertunjukan yang berasal dari suku dayak kanayatn, Kalimantan Barat, yakni  Seni tari dan Seni Musik.
    Kita langsung ke TKP saja ya mas bro, berikut adalah kesenian yang dimiliki oleh suku dayak kanayatn. Selamat Membaca ....
    Seni Tari
    Seni tari Dayak Kanayatn umumnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tari untuk upacara ritual dan tarian kesenian.
    Perbedaan yang mendasar dari kedua bentuk kesenian itu teletak pada proses penggunaannya, sebagai tarian ritual khusus dibawakan pada upacara ritual.
    Tarian tersebut dianggap sakral dan harus digunakan pada tempatnya. Tarian kesenian tradisi, walaupun terkadang sama-sama diperuntukan dalam konteks upacara, namun hanya sebagai hiburan yang dibawakan sesudah upacara inti selesai dan dapat digunakan dalam konteks lain.
    Ada beberapa jenis tarian upacara ritual dalam masyarakat Dayak Kanayatn, antara lain tari Amboyo, tari Totokng, tari Baliatn. Tari Amboyo adalah tari yang digunakan pada upacara Naik Dango, yaitu upacara syukuran padi atau pesta panen.
    Tari Totokng adalah tarian yang digunakan pada upacara Notokng, yaitu upacara penghormatan kepada kepala kayauan. Upacara ini dilakukan untuk membuang sangar atau dosa bekas pekerjaan mengayau (berburu untuk memotong kepala) jaman dahulu, dan memohon agar selalu diberikan keselamatan.
    Tari Baliatn adalah tarian yang digunakan dalam upacara Baliatn. Semua tarian yang dibawakan dalam upacara itu senantiasa diiringi irama musik Dayak Kanayatn. Penggunaan musik dan tarian tersebut disesuaikan dengan upacara, sehingga masyarakat Dayak Kanayatn banyak mempunyai jenis tarian dan musik yang terkait erat dengan upacara.

    Seni Musik
    Musik tradisional bagi masyarakat Dayak Kanayatn merupakan salah satu aspek kebudayaan yang memiliki bentuk dan ciri khas dari setiap kelompok.
    Meskipun demikian, hampir semua kelompok mempunyai ciri-ciri dasar yang hampir sama antara satu dengan lainnya. Musik itu pada umumnya ditampilkan sebagai bagian upacara besar dalam siklus kehidupan dan peringatan waktu tertentu. Disamping itu digunakan pula sebagai hiburan, seperti dalam kesenian Jonggan.
    Irama musik Dayak Kanayatn tergolong musik yang sangat fleksibel, sehingga dapat digunakan dalam upacara atau untuk mengiringi kesenian lain sebagai hiburan, seperti iringan tari, teater daerah, dan bentuk sajian tunggal (komposisi). Adapun jenis-jenis irama musik Kanayatn adalah sebagai berikut:
    • Irama Musik Bagu. Irama musik ini diciptakan oleh Abakng Nyawatn. Menurut tradisi lisan proses penciptaannya terinspirasi dari tujuh riam yang terdapat di sungai Bagu, sehingga musik tersebut dianggap sebagai replika bunyi dari ketujuh riam tersebut. Irama musik ini dibagi menjadi 7 bagian, yaitu Bagu, Samoko Lajakng, Samoko Batimang, Samoko Bagantung, Samoko Tapang, Taredek, dan Marense’. 
    • Irama Musik Jubata. Irama musik Jubata dicipatakan oleh seorang Pamaliat (dukun) yang bernama Ne’ Ape’ Mantohari. Irama musik ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu Jubata Lajakng atau Jubata Manta’, Jubata Masak, Jubata Bagael atau Jubata Babulakng, Pate Mangkok atau Jubata Pulakng. 
    • Irama Musik Totokng. Pencipta irama musik Totokng adalah Samine Nak Janyahakng Tatek. Menurut cerita lisan beliau diajari langsung oleh roh halus bernama Kamang Mantekng. Irama musik ini dibagi menjadi enam bagian, yaitu Totokng Maniamas, Totokng Palanteatn, Totokng We’ Ongan, Totokng Binalu, Ledang Lajakng, dan Ledang Panyaot. 
    • Irama Musik Bawakng. Irama Bawakng berasal dari Ne’ Saruna Nak Ujatn Jantu’. Menurut cerita beliau mendapatkan pengetahuan tentang irama musik tersebut dari Ne’ Nyala’ Nang Nukukng Pajaji. Musik ini dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu Bawakng Lajakng, Bawakng Samoko, Bawakng Nyangkodo, Bawakng Joragan, Bawakng Kadedeng, Bawakng pulo atau Bawakng Panca, dan Bawakng Baramutn. 
    • Irama Musik Dendo. Irama musik ini berasal dari Ne’ Dara Enokng. Ia memperoleh pengetahuan irama musik tersebut dari Sinede Pamalitn Pujut. Irama musik ini dibagi mejadi tiga bagian, yaitu Dendo 1, Dendo 2, Dendo 3.
    • Irama Musik Panyinggon. Irama musik ini diperkenalkan oleh Ne’ Rendeng yang dipelajari langsung dari Sijore Pamaliatn Mawing. Musik ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu Panyinggon, Kaldoleng, Gundali, Denayu. 
    • Irama Musik Sipanyakng Kuku. Irama musik Sipanyakng Kuku diciptakan oleh Ne’ Tumas yang dipelajari dari Oera Pamaliatn Buntianak. Musik ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Sipanyakng Kuku, Dara Enek, dan Sigurinti. 
    • Irama Musik Ngaranto. Irama musik ini diciptakan oleh Dayakng Dadompa yang dipelajarinya langsung dari Bang Kire Pamaliatn Subayatn. Irama musik ini dibagi menjadi sembilan belas bagian, yaitu Singkaluma’, Patabakng Urakng Mati, Guruh Ari atau Ola’ Oleh, Anyut-anyut Titisawa, Gora’-Gora’, Jaja’ Nyango, Ne’ Nange, Titi Bajoa, Batakng Singunang, Tingkakok, Saka Barime, Rumah Ne’ Jule, Rangkat Tabu, Sare Andang, Soka’ Soke, Ranto Padakng, Rindu’ Ati, Burukng Bapuput, dan Danakng Liokng.
    • Irama musik Dayak Kanayatn merupakan tabuhan pokok yang banyak digunakan sebagai iringan tari dalam ritual perdukunan dan ansambel kesenian Jonggan. Selain tabuhan tersebut terdapat pola tabuhan Melok untuk mengiringi tarian pencak (silat) dalam upacara Pangka’, kemudian tabuhan Amboyo yang digunakan dalam upacara Naik Dango.
    Kritik & Saran Anda: Sematkan di kolom komentar