Anggrek (Paphiopedillum sanderianum)


Deskripsi: Pertama kali ditemukan pada tahun 1885 di hutan mengepul Kalimantan, Paphiopedilum sanderianum dianggap salah satu anggrek yang paling mengejutkans pektakuler yang pernah ditemukan. Kelopak gantung yang bisa lebih dari satu meter panjang dandiperkirakan untuk menarik penyerbuk. Meskipun keinginan ekstrim tanaman itu tidak terlihat lagi sampai 1978, hampir satu abad kemudian-dengan waktu yang keberadaannya berada di pertanyaan. Keindahan pemalu ditemukan kembali di Sarawak,Kalimantan, oleh Ivan Nielson.
Status Konservasi: Mereka sekarang dilindungi dalam batas batas Taman Nasional. Untuk waktu yang lama lokasi mereka adalah rahasia karena yang dijaga ketat.

Raflesia (Rafllesia sp)

Deskripsi: Bunga Rafflesia arnoldii dari tumbuh dengan diameter sekitar satu meter (3 kaki) dan berat hingga 11 kilogram (24 pon). Tanaman ini tidak menghasilkan daun, batang atau akar dan tidak memiliki klorofil. Ini hanya dapat dilihat bila sudah siap untuk bereproduksi.
Mungkin satu-satunya bagian dari Rafflesia yang diidentifikasi dengan jelas menyerupai tanaman adalah bunga, walaupun , bahkan ini tidak biasa karena mereka mencapai proporsi besar ,memiliki warna coklat kemerahan dan bau daging yang membusuk Aroma ini menarik serangga seperti lalat yang kemudian menyerbuki tanaman langka.
Fungsi: Di jawa dan Kalimantan tunas Rafflesia digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan ramuan dan jamu tradisional, sebagai objek penelitian dan pendidikan, dan Rafflesia juga merupakan aset negara yang berpotensi sebagai objek wisata berupa wisata flora langka yang umumnya sangat menarik minat wisatawan mancanegara untuk mengamatinya.

Anggrek hitam

Anggrek hitam merupakan salah satu flora yang ada di Kalimantan Barat. Dapat ditemukan spesies flora ini di daerah Bukit Kelam, Kalimantan Barat. Flora jenis ini dinamakan Anggrek Hitam karena memiliki lidah yang berwarna hitam dan sedikit berwarna hijau yang bergaris-garis serta berbulu.
Flora jenis ini juga merupakan flora khas Kalimantan Barat. Flora ini belum dikatakan langka, karena masih banyaknya orang yang memperdagangkan jenis flora ini, sehingga kita harus tetap melestarikan Anggrek Hitam ini sebelum mengalami kepunahan.

Beruang madu

Beruang madu merupakan salah spesies hewan yang ada di Kalimantan Barat. Beruang madu ini, merupakan spesies beruang terkecil dari spesies beruang lainnya. Kini, beruang madu yang ada, sudah mulai punah. Ini terjadi karena aktifitas manusia dalam memperdagangkan beruang, sehingga hewan tersebut mendapat perlindungan Undang-Undang.
Beruang madu suka untuk mematahkan cabang-cabang pohon untuk membuat sarangnya. Ketika dilahirkan, beruang madu akan tetap tinggal disarangnya sampai mereka dapat berjalan sendiri untuk mencari makanan, tetapi jika sudah dapat berjalan sekitar 2 tahun, mereka sudah dapat hidup mandiri dan mencari makanannya sendiri.
Ketika kita bertemu dengan beruang madu, kita jangan berjalan maju karena dengan begitu beruang tersebut akan merasa ditantang. Tetapi, yang kita tindakan kita seharusnya berjalan mundur agar tidak diganggu serta merasa ditantang.

Orang utan

Orang utan merupakan salah satu fauna yang ada di Kalimantan Barat. Fauna ini termasuk fauna yang terancam kepunahannya, karena adanya perburuan liar yang terjadi. Sekarang ini, sering terjadi penebangan hutan secara liar, sehingga menyebabkan orang utan sulit untuk mendapatkan tempat tinggal yang menetap dalam kehidupannya, serta sulit dalam mencari makanannya karena pohon-pohon yang sudah di tebang.
Penyebaran Suku Dayak Kanayatn

Penyebaran Suku Dayak Kanayatn

Artikel kali ini adalah artikel yang akan mengupas sejarah singkat penyebaran suku dayak kanayatn, khususnya suku dayak yang ada di Kalimantan Barat.
Penelitian tradisi lisan Dayak Kanayatn ini disebut Tradisi Lisan Binua Talaga. Menurut hasil pegamatan dan penelitian, rekaman tradisi, cerita, kisah, isu-isu, diketahui bahwa masyarakat Dayak Kanayatn yang berasal dari Bukit Talaga Kecamatan Sengah Temila mempunyai sejarah asal usul tentang terjadinya orang Dayak atau Talino (Manusia dibumi).
Sejarah dapat dilihat berawal dari kisah cerita Ne' Baruakng Kulup (salah satu versi cerita) yang menurunkan padi dari atas langit, ke bumi. Ne' Baruakng adalah anak Ne' Ja'ek, yang berjasa memperoleh tangkai padi untuk pertama kalinya dari seekor burung pipit, yang membawangnya diantara dua buah batu badangkop ( batu kembar) dan sekarang dapat ditemui dibukit Talaga. 
Alkisah, mereka tinggal diatas (langit). Ne' Baruakng ini yang sering turun ke bumi berkomunikasi dengan mahluk di bumi, pada suatu hari Ne' baruakng melihat mereka (penduduk bumi) makan kulat karakng (cendawan), yang sangat asing baginya. Secara kebetulan pula Ne' Baruakng waktu di bumi membawa butir butir putih ( yang kemudian dikenal dengan nasi).
Keadaan ini terlihat oleh mahluk di bumi. Mereka meminta dan memakannya. Singkat kata, sejak saat itulah Ne' Baruakng lalu memperkenalkan padi di Bumi. Sejak itu pula mahluk dibawah (bumi) mulai makan nasi dan meninggalkan cendawan kerang. Kepercayaan masyarakat Talaga bahwa asal Dayak, khususnya Kanayatn (mereka sebut pula dengan Dayak Bukit) adalah atas, tempat yang serba menyenangkan dan dikenal dengan sebutan Bawakng. Karenanya, dalam setiap bentuk upacara adat para tokoh Dayak ini tidak melupakan sebuatan Bawakng ini, yang menyatakan sumber atau asal usul Dayak Kanayatn. Nampaknya tempat inilah dulunya yang merupakan asal usul keluarga Ne' Baruakng, yang sudah menjadi Talino (manusia). Melihat bukti sejarah, seperti batu badangkopdi bukit Telaga dapat diketahui bahwa Talaga adalah bagian dari tempat diatas (langit) atau Bawakng. Salah satu contoh dari penyebaran Dayak Kanayatn ini adalah, Dayak Kanayatn yang bermukim di Binua Talaga yang terdapat di kecamatan Sengah Temila kini menyebar kebeberapa Kampung, seperti Sahamp, Palo'atn, Aur Sampuk, Sinakin, Gombang dan sekitarnya.