Ciri khas suku Dayak Iban

Dayak Kanayatn - Dalam artikel  yang berjudul "Ciri khas Suku Dayak Iban" ini saya ingin mengajak teman-teman untuk mengetahui, apa saja yang menjadi ciri khas suku dayak iban ini.
Semoga dengan adanya artikelnya, kita semakin saling menghargai satu dengan yang lainnya. Amin
Dayak Laut atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dayak Iban ini adalah salah satu rumpun dayak yang ada di pulau kalimantan bagian utara. Untuk lebih jelasnya, bisa teman-teman lihat pada artikel dibawah ini. Selamat membaca... Semoga pengetahuan tentang ciri khas dari suku dayak iban semakin mantap... 

Wilayah Penyebaran Suku Dayak Iban.
Untuk wilayah penyebaran suku Dayak Iban ini terdapat dibeberapa daerah, seperti:
Kalimantan Barat bagian utara | Sabah | Brunei | Sarawak.
Bahasa Suku Dayak Iban
Untuk bahasa dari suku dayak iban, dayak iban menggunakan bahasa Iban sendiri atau Bahasa dayak Iban, bahasa ini hampir mirip dengan bahasa Melayu.
Sub-Suku Dayak Iban
Sementara untuk sub-suku dari dayak Iban adalah:
Mualang | Seberuang | Melanau

Ciri Khas Suku Dayak Iban
Untuk ciri khas dari suku dayak iban: Dayak Iban memiliki Tatto disekujur tubuh, menurut kisahnya tatto yang terdapat disekujur tubuh dari suku dayak iban ini melambangkan atau menceritakan pengalaman hidup dari pemilik tatto (semakin banyak tatto yang terdapat ditubuh mereka, berarti orang tersebut sudah memiliki banyak pengalaman dalam artian sudah pernah menginjakan kaki diberbagai tempat), untuk motif yang menjadi ciri khas suku dayak iban ini adalah motif yang berbentuk bunga terong, yang berada dibagian atas tangan kiri dan kanan.
Kemudian, untuk menjamu atau dalam ritual menyambut tamu: Santapan utama adalah tuak, tuak ini terbuat dari campuran beras ketan dan ragi yang dipermentasi.
Yang membedakan Dayak Iban dari sub-suku Dayak lain adalah pakaian tradisional wanita Iban memiliki hiasan kepala dari logam, selain itu Dayak Iban memiliki kain tenun dengan motif yang sangat khas, ditambah dengan hiasan bulu burung enggang dan ruai di bagian kepala.
Alat Musik Tradisional: Gendang, kollatung, dan Gong.
Selesai.. . Itulah beberapa ciri khas dayak iban. terima kasih telah menyempatkan diri untuk berkunjung di blog ini. Semoga saja artikel yang membahas suku dayak iban ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin
Untuk kritik dan saran, sematkan di kolom komentar.

Ciri khas suku dayak apo kayan

Dayak Kanayatn - Dayak Apo Kayan adalah salah satu suku yang masuk dalam rumpun suku dayak Kalimantan. Pada artikel kali ini saya ingin mengajak teman-teman yang ada diseluruh pelosok Nusantara untuk mengetahui apa saja yang menjadi ciri khas dari suku dayak Apo Kayan ini.

Adapun untuk ciri khas suku dayak apo kayan, adalah sebagai berikut:
Selain berasal dari hulu sungai Kayan, suku dayak apo kayan ini juga merupakan suku dayak yang tinggal di  dataran tinggi Usun Apau, Baram, Sarawak.
Penyebaran suku Dayak Apo Kayan
Untuk informasi penyebaran suku dayak apo kayan ini tersebar di beberapa daerah di Kalimantan, di antaranya:
Di Kalimantan Timur, di Kalimantan Utara, di Kalimantan Barat bagian utara, dan juga di Sarawak, Malaysia.
Adapun sub-suku yang termasuk dalam rumpun Dayak Apo Kayan adalah:
Dayak Kayan | Dayak Kenyah | Dayak Bahau | Dayak Kelabit
Keterangan: Khusus di Malaysia sendiri suku Dayak Apo Kayan dikenal dengan sebutan Orang Ulu
Ciri Khas Dayak Apo Kayan
Telinga panjang, memiliki tatto di sekujur tubuh yang menandakan status sosial di masyarakat.
Jenis Pakaian Adat
Untuk jenis pakaian adat Dayak Apo Kayan: warna Hitam, Putih, dan Kuning, serta dapat ditemukan berbagai hiasan manik-manik dan hiasan bulu enggang.
Alat Musik
Untuk alat musik dayak Apo Kayan: Sape', Gong, Sluding/klentangan, Kadire/keledik (alat musik tiup), dan Antoneng.
Ciri-ciri suku dayak apo kayan yang sudah kita bahas diatas adalah ciri-ciri yang kita ketahui secara umum. Jika ada kesalahan dalam penyampaian kalimat dalam artikel ini, mohon dimaafkan. Terima kasih

Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran. Kritik dan Saran dari teman-teman adalah sebuah dukungan untuk admin

Ciri Khas suku dayak ngaju

Untuk artikel kali ini, saya akan mencoba membahas salah satu dari rumpun suku dayak yang ada di Kalimantan tersebut, yaitu rumpun suku dayak Ngaju atau Ciri Khas suku dayak Ngaju, sebelumnya saya sudah membahas "pembagian rumpun suku dayak". Dayak Ngaju atau Biaju merupakan suku Dayak yang bermukim di daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan yang ada di daerah Kalimatan Tengah, Kalimatan Selatan, serta daerah Kalimantan Barat bagian selatan.

Adapun untuk sub suku dayak ngaju ini adalah sebagai berikut:
Dayak BakumpaiDayak KatinganDayak MeratusDayak Tomun
Keterangan: Untuk keterangan dari suku dayak diatas akan saya bahas diartikel saya selanjutnya

Ciri Khas suku dayak Ngaju
Suku dayak ngaju masih menganut agama kaharingan (untuk sebagian dari suku dayak ngaju), upacara Tiwah (upacara mengantarkan roh leluhur)

Jenis pakaian adat
Untuk jenis pakaian adat ini, Jika dilihat secara umum : Dayak Ngaju menggunakan pakaian adat yang berwarna merah, kain atau rompi dari kulit kayu, serta menggunakan bulu burung enggang dan ruai sebagai hiasan kepala.


Tarian Adat dan Alat Musik
Pada beberapa tarian adat, kaum wanita Ngaju biasanya membawakan tarian dengan menggunakan mandau /parang.
Contoh Jenis Tarian: Tari Hetawang Hakangkalu.
Hal ini berbeda dengan wanita sub-suku Dayak lainnya. Selain itu, alat musik tradisional dari Dayak Ngaju biasanya di dominasi oleh Kecapi Karungut, Rebab, Gandang Tatau, Gong, dan suling.
Selesai Semoga artikel kali ini bermanfaat. Terima kasih telah menyempatkan diri untuk berkunjung di Blog Dayak Kanayatn

Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran. Kritik dan Saran dari teman-teman adalah sebuah dukungan untuk admin
Rumpun suku dayak kalimantan

Rumpun suku dayak kalimantan

Berdasarkan "Rumpun suku dayak kalimantan" meliputi rumpun dayak:
Dayak Ngaju | Dayak Apo Kayan | Dayak Laut atau Dayah Iban | Dayak Klemantan/Darat | Dayak Murut | Dayak Punan | Dayak Ot Danum.
Nah... yang sudah saya tuliskan diatas adalah rumpun-rumpun suku dayak yang ada di pulau kalimantan, dari rumpun-rumpun suku dayak tersebut terbagi menjadi beberapa bagian lagi.
Untuk penjelasan mengenai suku apa saja yang ada di dalam rumpun suku dayak diatas akan saya jelaskan satu persatu atau rumpun per-rumpun. Tujuannya agar lebih mudah untuk dipahami oleh para pembaca.


Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran. Kritik dan Saran dari teman-teman adalah sebuah dukungan untuk admin

Awal mula pakaian adat dayak

Sebagian dari kalian mungkin sudah banyak yang mengetahui sejarah pakaian adat dayak atau awal mula pakaian adat dayak ini. Suku Dayak adalah salah satu suku besar yang ada di Indonesia. Untuk itu, Artikel yang berjudul "Sejarah pakaian  adat suku dayak" ini adalah sebuah artikel yang akan membahas dan mengupas sejarah pakaian adat dayak itu sendiri.
Menurut cerita yang pernah saya alami ketika saya sampai ditanah Jawa, suku Dayak adalah suku yang tinggal di Hutan, banyak teman-teman saya yang menyakan hal itu kepada saya. Terus terang saya jawab "iya". Iya dalam arti bukan orang utan atau sejenisnya hehe. Jawab "iya" karena saya menyadari, tidak sedikit suku dayak yang yang ada di Kalimantan masih tinggal dipelosok, tidak ada listrik, kurangnya transportasi, serta kurangnya sarana untuk menambah informasi masa kini. Umumnya, suku dayak adalah salah satu suku yang masih dekat dengan alam. Sangat beruntung sekali untuk beberapa putra Dayak yang sejak lahir tumbuh dan berkembang dipasar dan di Kota.

Sejarah Kata atau nama Dayak.
Pada awalnya kata Dayak (daya') yang memiliki arti orang-orang yang berasal dari Hulu Sungai atau yang tinggal di bukit. Sebutan ini hanya merupakan sebutan kolektif dari orang-orang yang datang di Pulau Kalimantan atau Pulau Borneo untuk suku Dayak yang sudah diketahui sebagai suku asli yang ada di Pulau Kalimantan atau Pulau Borneo. Dan sebutan dengan istilah "dayak" ini juga pada saat itu hanya ditujukan kepada orang-orang yang non-muslim dan non-melayu yang tinggal di pulau Kalimantan.
Seiring berjalannya waktu istilah Dayak tersebut akhirnya dipakai sebagai identitas yang mempersatukan berbagai sub-suku yang ada di Pulau Kalimantan atau Pulau Borneo itu tadi.

Sejarah pakaian adat dayak 
Beberapa ratus tahun yang lalu masyarakat Dayak sudah menciptakan atau membuat busana. Busana yang telah diciptakan oleh suku dayak pada waktu itu semuanya menggunakan bahan dasar serba kulit kayu. Untuk mendapatkan kulit kayu pada saat itu tidak terlalu sulit, karena Kulit kayu yang akan digunakan untuk pembuatan pakaian adat ini sebenarnya sudah ada di hutan yang ada didaerah tempat tinggal suku dayak tersebut. Kulit kayu ini kemudian ditempa menggunakan pemukul (semacam palu kayu) hingga menjadi lemas seperti kain.

Setelah ditempa berulang kali, hingga kulit kayu dianggap halus, langkah selanjutnya kalit kayu yang sudah ditempa itu tadi kemudian dipotong seukuran yang dibutuhkan untuk pembuatan baju dan celana.

Pada waktu itu, model yang digunakan untuk pembuatan pakaian (yang saat ini sudah menjadi pakaian adat) sangatlah sederhana dan semata mata hanya untuk menutupi badan. Model bajunya hanya berupa rompi dan untuk model celananya hanya berupa cawat (celana dalam). Untuk warna, hanya berupa warna asli dari kulit kayu yang digunakan (warna coklat / warna kulit kayu yang sudah dikeringkan).
Jaman terus berubah, cara berdandanpun semakin maju, dari alamiah menuju dunia yang penuh warna. Seiring dengan berjalannya waktu, yang tadinya hanya menggunakan baju dan celana, masyarakat dayak memiliki hasrat untuk melengkapi penampilan mereka pada saat itu, sehingga mereka menciptakan beberapa aksesories berupa pengikat kepala, kalung (Bahan: biji-bijian, kulit kerang, gigi dan taring binatang) dan gelang (Bahan: Tulang binatang hasil buruan), sampai dengan tatto. Lagi-lagi bahan yang digunakan untuk pembuatan aksesories adalah bahan yang diambil dari alam.
Kesederhanaan pakaian kulit kayu itu kemudian memancarkan esensi keindahan karena imbuhan warna warni flora dan fauna yang ditambahkan sebagai pelengkap busana.
Pada perkembangan selanjutnya masyarakat Dayak pun mulai membubuhkan warna dan corak hias pada busana mereka. Bahan pewarna itu secara kreatif diolah dari alam sekitar.
Misalnya: warna hitam dari jelaga, warna putih dari tanah putih dicampur air, warna kuning dari kunyit dan warna merah dari buah rotan. Corak hias yang digambarkan pada busana juga diilhami oleh apa yang dilihat di alam sekelilingnya. Maka tampillah bentuk flora dan fauna, bunga, dedaunan, akar pohon, burung, harimau akar, dan sebagainya yang menjadi corak hiasan pakaian adat dayak.



Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran. Kritik dan Saran dari teman-teman adalah sebuah dukungan untuk admin
Makna Naik Dango (Gawai adat dayak)

Makna Naik Dango (Gawai adat dayak)

Pada artikel kali ini saya akan membahas "Makna Naik Dango". Naik Dango atau yang sering dikenal dengan Gawai. ternyata memiliki makna. Apa saja makna yang terkandung di balik kalimat naik dango tersebut?
Jika pada artikel yang berjudul "Mengupas sejarah Naik Dango" kita telah membahas sejarah-sejarahnya.
Maka artikel yang berjudul "Makna Naik Dango" ini akan saya khususkan untuk membahas makna-makna apa saja nih yang terdapat dari Naik Dango, jika diantara teman-teman ada yang belum tahu makna-maknanya, jangan beranjak dulu, baca artikel ini sampe selesai, like, comments dan share artikel ini, agar teman-teman yang lain juga bisa tahu. ini penting, khususnya untuk generasi muda putra borneo.

Biar gak panjang lebar, kita langsung ke TKP saja ya... Berikut adalah makna Naik Dango.
Naik Dango merupakan salah satu peristiwa budaya Dayak Kanayatn yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun.
Upacara Adat Naik Dango intinya hanya berlangsung satu hari saja tetapi karena juga menampilkan berbagai bentuk budaya tradisional di antaranya berbagai upacara adat, permainan tradisional dan berbagai bentuk kerajinan tangan yang bernuansa tradisional, sehingga acara ini berlangsung selama tujuh hari.
Penyajian berbagai unsur tradisional, selama Upacara Adat Naik Dango ini, menjadikannya sebagai even yang eksotis ditengah-tengah kesibukan masyarakat Dayak.
Upacara Adat Naik Dango merupakan perkembangan lebih lanjut dari acara pergelaran kesenian Dayak yang diselenggarakan oleh Sekretariat Bersama Kesenian Dayak (SEKBERKESDA) pada tahun 1986. Tiga perkembangan tersebut kuat dipengaruhi oleh semangat ucapan syukur kepada Jubata yang dilaksanakan Masyarakat Dayak Kanayatn di Menyuke setiap tahun setelah masa panen padi usai.
Dalam bentuknya yang tradisional, pelaksanaan Upacara Adat pasca panen ini dibatasi di wilayah kampung atau ketemanggungan.
Inti dari upacara ini adalah nyangahatn yaitu pelantunan doa atau mantra kepada Jubata, lalu mereka saling mengunjungi rumah tetangga dan kerabatnya dengan suguhan utamanya seperti:
  • Poe / salikat (lemang atau pulut dari beras ketan yang dimasak di dalam bambu),
  • Tumpi (cucur),
  • Bontonkng (nasi yang dibungkus dengan daun berukuran kecil / sejenis lontong), Bontokng adalah jenis makanan tradisional yang terbuat dari bahan hasil panen tahunan dan bahan makanan tambahan lainnya.

Adapun untuk Tahap Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Tahap pelaksanaan upacara Naik Dango yaitu sebagai berikut :
  • Sebelum hari pelaksanaan: Sebelum hari pelaksanaan, terlebih dahulu dilakukan pelantunan mantra (nyangahatn) yang disebut Matik. Hal ini bertujuan untuk memberitahukan dan memohon restu pada Jubata.
  • Saat hari pelaksanaan: Pada hari pelaksanaan dilakukan 3 kali nyangahathn, (1) Di Sami (Bahasa Indonesia: Ruang Tamu), bertujuan untuk memanggil jiwa atau semangat padi yang belum datang agar datang kembali ke rumah adat. (2) di Baluh/Langko (Bahasa Indonesia: Tempat menyimpan padi atau lumbung padi), bertujuan untuk mengumpulkan semangat padi di tempatnya yaitu di lumbung padi. (3) di Pandarengan, tujuannya yaitu berdoa untuk memberkati beras agar dapat bertahan dan tidak cepat habis.

Selesai... Semoga bermanfaat...
Baru saja kita telah membaca artikel yang berjudul "Makna Naik Dango" semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua. Terima Kasih

"Adil Ka' Talino. Bacuramin Ka' Saruga. Basengat Ka' Jubata"

Jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran. Kritik dan Saran dari teman-teman adalah sebuah dukungan untuk admin