Showing posts with label Flora Kalimantan. Show all posts
Showing posts with label Flora Kalimantan. Show all posts

Bantal sulam (Palaquium Walsurifolium)

Pohon atau semak, biasanya memproduksi lateks. Daun teratur spiral atau alternatif dan distichous, jarang ± berlawanan, kadang-kadang ramai di puncak cabang; stipula gugur dini atau tidak ada; daun tipis atau kasar. Bunga bisa berkelamin tunggal maupun ganda, biasanya dalam kelompok, jarang soliter; Corolla lobus sebanyak sampai 2X sebanyak sepal. Benang sari disisipkan pada corolla dasar atau di tenggorokan tabung mahkota. Berbuah berry atau buah berbiji. Benih mantel coklat (kuning pucat Pouteria annamensis), keras, mengkilap, kaya tanin; endosperm biasanya berminyak; benih parut lateral dan linear sampai lanset atau basal dan bulat.

Bulian (Eusderoxylon Zwageri)

Ulin atau disebut juga dengan bulian, belian atau kayu besi merupakan tanaman khas Kalimantan. Ulin tersebar luas hampir di seluruh kawasan hutan Kalimantan. 
Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm. Ciri utama ulin adalah batangnya yang lurus dengan banir yang tumbuh tidak secara melingkar. Kulit pohonnya licin, berwarna kuning atau kelabu muda.
Tekstur kayunya kasar, sangat keras dan baunya aromatis. Pohon ini tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400m. Sifat kayu Ulin sangat berat dan keras serta tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban dan pengaruh air laut. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5-400 m di atas permukaan laut dengan topografi datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa. Pohon Ulin memperbanyak diri dengan buah dan biji. Perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit. Penyebaran permudaan alam secara umum cenderung mengelompok.
Masyarakat umumnya memanfaatkan kayu ulin sebagai bagian utama dari tiang, lantai rumah, pagar, patok tanah dan atap sirap. Kayu ulin mempunyai keistimewaan yang khas yaitu selain keras, berat, juga tidak lapuk terkena air serta tahan terhadap serangan rayap. Selain itu, ulin juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, tempat tidur dan perabot rumah tangga. Lamanya waktu tumbuh serta rendahnya kelulushidupan anakan menyebabkan jumlah ulin semakin menurun. Apalagi kegiatan eksploitasi berlebihan tanpa diimbangi pelestarian turut endukung punahnya ulin di Kalimantan.

Pohon Jelutung (Dyera spp)

Di Indonesia terdapat dua jenis jelutung, yaitu: Dyera costulata Hook. F. dan Dyera lowii Hook. F.
Kedua jenis ini termasuk famili Apocynaceae. Jelutung, di Kalimantan disebut pantung, sementara di Sumatera disebut labuai, di Semenanjung Melayu disebut ye-luu-tong, dan di Thailand disebut teen-peet-daeng. Pohon jelutung berbentuk silindris, tingginya biasa mencapai 25-45m, dan diameternya bisa mencapai 100cm. Kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan bertekstur kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15 m. Bentuk daunnya memanjang, pada bagian ujungnya melebar dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai daun tunggal itu duduk melingkar pada ranting. Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga malainya berwarna putih, dan buahnya berbentuk polong. Apabila sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya yang berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya.



Tembesu (Fagraea fragrans)

Pohon Tembesu atau (Fagraea fragrans) termasuk kedalam famili Loganiaceae.
Daerah penyebarannya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, dan Irian Jaya. Tempat tumbuh pada tanah datar dan sarang atau tempat yang tidak becek, tanah liat berpasir, dengan type curah hujan A sampai B pada ketinggian 0-500 dpl. Tinggi pohon tembesu mencapai 40 m, dengan panjang batang bebas cabang sampai 25 m, diameter 80 cm atau lebih, dengan batang tegak dan tidak berbanir.
Kulit luar berwarna coklat sampai hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna kuning emas tua atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu. Tembesu adalah salah satu asli Indonesia juga Burma, tumbuh di daerah Sumatera dan Malaysia. Tembusu tersebat di beberapa wilayah seperti di Indoa, Myanmar, Singapura, dan Filipina. Ada beberapa jenis tembesu, tetapi yang dianggap tembesu asli adalah Fagraea cochinchinensis (dinamai oleh A. Chev).
Pohon tembesu merupakan pohon yang tumbuhnya lambat, setelah berumur 30 tahun baru cukup tua untuk ditebang. Kayunya berwarna kuning pucat dengan bercak lembayung, berbau asalm waktu baru ditebang, keras, berat, dan tahan lama, digunakan antara lain untuk konstruksi jembatan dan bangunan rumah.
Daunnya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Rebusan daun, ranting, dan cabang biasa digunakan di Malaysia. Pohon tembesu tersebut dibudidayakan di beberapa tempat di Asia Tenggara sebagai tanaman hias atau tanama pinggir jalan.
Pohon tembesu dapat tumbuh antara 10-25 meter, bahkan ada yang mencapai 35 meter. Akarnya cukup kokoh untuk penahan arus banjir. Bunganya berbau wangi, kelopaknya mencapai panjang 2.3 cm, berwarna putih kekuning-kuningan.

Kantong Semar (Genus Nepenthes)

Yang satu ini adalah jenis spesiaes yang paling banyak (di pulau Borneo dan Sumatra), jumlah spesies mencapai 130 spesies dan belum termasuk hibrida alami maupun buatan. Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat.
Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.
Pada umumnya, Nepenthes memiliki tiga macam bentuk kantong, yaitu kantong atas, kantong bawah, dan kantong roset. Kantong atas adalah kantong dari tanaman dewasa, biasanya berbentuk corong atau silinder, tidak memiliki sayap, tidak mempunyai warna yang menarik, bagian sulur menghadap ke belakang dan dapat melilit ranting tanaman lain, kantong atas lebih sering menangkap hewan yang terbang seperti nyamuk atau lalat, kantong jenis ini jarang bahkan tidak ditemui pada beberapa spesies, contohnya N. ampullaria.
Kantong bawah adalah kantong yang dihasilkan pada bagian tanaman muda yang biasanya tergelatak di atas tanah, memiliki dua sayap yang berfungsi sebagai alat bantu bagi serangga tanah seperti semut untuk memanjat mulut kantong dan akhirnya tercebur dalam cairan berenzim di dalamnya, adapun kantong roset, memiliki bentuk yang sama seperti kantong bawah, namun kantong roset tumbuh pada bagian daun berbentuk roset, contoh spesies yang memiliki kantong jenis ini adalah N. ampullaria dan N. gracilis.
Beberapa tanaman terkadang mengeluarkan kantong tengah yang berbentuk seperti campuran kantong bawah dan kantong atas. Tanaman ini memiliki penyebaran yang sangat luas dari pinggir pantai sampai dataran tinggi, karena inilah nepenthes dibagi dalam dua jenis yaitu jenis dataran tinggi dan jenis dataran rendah, walau kebanyakan spesies tumbuh di dataran tinggi. Spesies yang tercatat tumbuh di ketinggian paling tinggi adalah N. lamii yaitu di ketinggian 3,520 m.
Kebanyakan spesies tumbuh di tempat dengan kelembaban tinggi dan cahaya dengan tingkat menengah hingga tinggi. Beberapa spesies seperti N. ampullaria tumbuh di tempat yang teduh dengan tidak terlalu banyak cahaya, sedangkan N. mirabilis tumbuh ditempat yang terbuka dengan cahaya yang berlimpah. Tanah tempat tumbuh nepenthes biasanya miskin hara dan asam. Beberapa spesies tumbuh di tempat yang sangat beracun bagi tanaman lain seperti N. rajah yang tumbuh pada tanah dengan kandungan logam berat dan N. albomarginata yang tumbuh pada pantai berpasir di zona yang terkena siraman air laut, beberapa spesies tumbuh epifit seperti N. inermis yang tumbuh tanpa bersentuhan dengan tanah.

Pohon Meranti

Jenis tumbuhan di wilayah persebaran pulau Sumatra dan Kalimantan sangat dipengaruhi oleh jenis iklim yang ada di wilayah tersebut, yaitu iklim Af (Iklim panas hujan tropis). Wilayah iklim Af di dominasi oleh hutan tropis yang memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Jenis vegetasi yang terdapat di wilayah persebaran ini dibedakan atas penyebabnya menjadi 2dua jenis, yaitu:
Pertama: Jenis vegetasi kosmopolitan yang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi. Wilayah ini didominasi oleh hutan hujan tropis yang lebat dengan spesies tumbuhan yang khas seperti kayu meranti yang keras seperti pohon deptirokarpus dan berbagai macam anggrek.
Kedua: Pohon paku, lumut dan jamur yang merupakan jenis tumbuhan yang di akibatkan oleh kelembaban yang tinggi. Kelompok vegetasi yang lain di wilayah ini adalah hutan bakau/mangrove yang biasanya tersebar di sepanjang pantai dan muara-muara sungai. Persebaran jenis flora yang terdapat di wilayah pulau Sumatra tersebar dari ujung utara sampai selatan pulau tersebut. Meski demikian wilayah ini memiliki daerah miniatur yang mirip dengan berbagai ekosistem yang ada di pulau Sumatra. Sebaran flora di Sumatra dapat dikatakan terwakili oleh adanya Taman Nasional Gunung Leuser di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Di wilayah taman nasional tersebut memiliki koleksi khas ekosistem Sumatra mulai dari ekosistem pantai. rawa, dataran rendah, hingga ekosistem pegunungan. Di Kalimantan bagian selatan terdiri atas daerah dataran rendah pantai, daerah rawa, daerah perbukitan dan pegunungan. Di bagian tengah, terdapat pegunungan Meratus yang membujur dari utara ke selatan yang membelah wilayah menjadi dua bagian yang berbeda. Di bagian timur terdapat daerah berbukit yang ditumbuhi oleh hutan primer, hutan sekunder, semak belukar dan padang ilalang.
Di bagian barat, terdapat dataran rendah yang terdiri atas rawa monoton, rawa banjir, rawa pasang surut, dan daerah aluvial. Pada bagian ini ditumbuhi oleh hutan bakau, hutan rawa, dan lahan dengan berbagai jenis rawa.

Mangga Kasturi (Mangifera Kasturi Costerm)

Mangga jenis ini merupakan salah satu plasma nutfah spesifik Kalimantan Selatan. Mangga yang memiliki ukuran buah lebih kecil dibandingkan jenis mangga lainnya tersebut, sangat disukai masyarakat Banjar dan juga pendatang. Namun sayangnya, buah kasturi hanya dapat berbuah satu tahun sekali sehingga tidak dapat menkonsumsinya sepanjang tahun.
Pada umumnya tanaman ini tumbuh dan dipelihara oleh masyarakat di lahan luar pekarangan karena posturnya yang tinggi dan besar. Tanaman ini umumnya ditemukan di dua agroekosistem yaitu lahan kering dan lahan rawa pasang surut, namun aksesi terbanyak berada di lahan kering.
Di Kalimantan Selatan sendiri, tanaman kasturi ditemukan di semua Kabupaten/Kota, khususnya di Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Selatan. Hingga saat ini, bibit tanaman kasturi yang telah menghasilkan buah berasal dari biji yang umumnya tidak ditanam secara sengaja. Mengingat minat masyarakat yang tinggi terhadap kasturi dan keberadaan buah yang terbatas, petani penangkar mulai melakukan upaya perbanyakan kasturi dengan sistem sambung. Cara tersebut telah berhasil memperbanyak bibit kasturi, namun belum ada tanaman yang berasal dari sistem sambung yang sudah berbuah.

Ciri-ciri Mangga Kasturi (Mangifera Kasturi Costerm) 

Pohon: Bisa mencapai tinggi 25 m
Diameter batang: ± 40 – 115 cm.
Warna Kulit: Putih keabu-abuan sampai coklat terang,
Daun: bertangkai, daun kelopak bulat telur memanjang dengan panjang 2 – 3 mm. Daun mahkota bulat telur memanjang. Benang sari sama panjang dengan mahkota, staminodia sangat pendek dan seperti benang sari yang tertancap pada tonjolan dasar bunga.
Bentuk daun: Lanset memanjang dengan ujung runcing dan pada kedua belah sisi tulang daun tengah terdapat 12 – 25 tulang daun samping. Daun muda menggantung lemas dan berwarna ungu tua.
Bunga: Bunga majemuk berkelamin ganda dan berbau harum
Bentuk bunga: Rasemos dan kerapkali berambut rapat.
Panjang tangkai bunga: ± 28 cm dengan anak tangkai sangat pendek, yaitu 2 – 4 mm.
Bentuk buah: Bulat sampai ellipsoid dengan berat buah: ± 80 gram
Warna daging buah: Kuning atau oranye dan Biji batu dengan dinding yang tebal.

Anggrek Bulan Raksasa (Phalaenopsis Gigantea)

Nama: Anggrek Bulan Raksasa
Status Konservasi: Sebaran di Pulau Kalimantan (Indonesia dan Malaysia).
Sebelumnya pernah ada di Jawa tetapi populasi berkurang karena dikoleksi untuk perdagangan. Ancaman utama adalah koleksi untuk perdagangan tanaman hias. 
Anggrek bulan raksasa (Phal Gigantea), berasal dari Pulau Kalimantan. Dihabitat aslinya, Anggrek Phal Gigantea sekarang ini sudah jarang ditemukan. Sehingga digolongkan sebagai anggrek langka dan dilindungi.
Keberadaannya ditempat dipenyilangpun sekarang ini sudah sangat terbatas atau hampir sudah tidak kita temui lagi. Padahal anggrek ini berpotensi untuk dikembangkan. Anggrek bulan raksasa disebut Gigantea, karena daunnya yang lebar. Untuk ukuran anggrek phal, mencapai 40 cm panjang dan 15 cm lebar. Bunganya bisa mencapai 30 kuntum dalam satu tangkai. Sepal dan petal keputihan dengan bintik-bintik dan garis-garis manis warna gelap. Pola warna demikian, juga pada bibirnya yang kecil berbelah tiga.

Anggrek (Paphiopedillum sanderianum)


Deskripsi: Pertama kali ditemukan pada tahun 1885 di hutan mengepul Kalimantan, Paphiopedilum sanderianum dianggap salah satu anggrek yang paling mengejutkans pektakuler yang pernah ditemukan. Kelopak gantung yang bisa lebih dari satu meter panjang dandiperkirakan untuk menarik penyerbuk. Meskipun keinginan ekstrim tanaman itu tidak terlihat lagi sampai 1978, hampir satu abad kemudian-dengan waktu yang keberadaannya berada di pertanyaan. Keindahan pemalu ditemukan kembali di Sarawak,Kalimantan, oleh Ivan Nielson.
Status Konservasi: Mereka sekarang dilindungi dalam batas batas Taman Nasional. Untuk waktu yang lama lokasi mereka adalah rahasia karena yang dijaga ketat.

Raflesia (Rafllesia sp)

Deskripsi: Bunga Rafflesia arnoldii dari tumbuh dengan diameter sekitar satu meter (3 kaki) dan berat hingga 11 kilogram (24 pon). Tanaman ini tidak menghasilkan daun, batang atau akar dan tidak memiliki klorofil. Ini hanya dapat dilihat bila sudah siap untuk bereproduksi.
Mungkin satu-satunya bagian dari Rafflesia yang diidentifikasi dengan jelas menyerupai tanaman adalah bunga, walaupun , bahkan ini tidak biasa karena mereka mencapai proporsi besar ,memiliki warna coklat kemerahan dan bau daging yang membusuk Aroma ini menarik serangga seperti lalat yang kemudian menyerbuki tanaman langka.
Fungsi: Di jawa dan Kalimantan tunas Rafflesia digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan ramuan dan jamu tradisional, sebagai objek penelitian dan pendidikan, dan Rafflesia juga merupakan aset negara yang berpotensi sebagai objek wisata berupa wisata flora langka yang umumnya sangat menarik minat wisatawan mancanegara untuk mengamatinya.